Rabu, 05 Januari 2011

tes psikologi

IDENTIFIKASI MASING-MASING TES PSIKOLOGI

1.      Kognitif

a.       Actual ability (kecakapan nyata),

yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar (achievement atau prestasi). Misalkan, setelah selesai mengikuti proses perkuliahan (kegiatan tatap muka dikelas), pada akhir perkuliahan mahasiswa diujimoleh dosen tentang materi yang disampaikannya (tes formatif). Ketika mahasiswa mampu menjawab dengan baik tentang pertanyaan dosen, maka kemampuan tersebut merupakan atau kecakapan nyata (achievement).

b.      Potensial ability (kecakapan potensial),

yaitu merupakan aspek kecakpan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari factor keturunan (herediter). Kecakapan potensil dapat dibagi ke dalam 2 bagian :

a). Kecakapan dasar umum (intelejensi atau kecerdasan)
C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Pada awalnya teori inteligensi masih bersifat unidimensional (kecerdasan tunggal), yakni hanya berhubungan dengan aspek intelektual saja, seperti teori inteligensi yang dikemukakan oleh Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factors”-nya. Menurut pendapatnya bahwa inteligensi terdiri dari kemampuan umum yang diberi kode “g” (genaral factor) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factor). Selanjutnya, Thurstone (1938) mengemukakan teori “Primary Mental Abilities”, bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu :
 (1) kemampuan berbahasa (verbal comprehension);
(2) kemampuan mengingat (memory);
 (3) kemampuan nalar atau berfikir (reasoning);
(4) kemampuan tilikan ruangan (spatial factor);
 (5) kemampuan bilangan (numerical ability);
 (6) kemampuan menggunakan kata-kata (word fluency);
 (7) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed).
Sementara itu, J.P. Guilford mengemukakan bahwa inteligensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu:
(a). Operasi Mental (Proses Befikir)
  1. Cognition (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru).
  2. Memory Retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari).
  3. Memory Recording (ingatan yang segera).
  4. Divergent Production (berfikir melebar=banyak kemungkinan jawaban/ alternatif).
  5. Convergent Production (berfikir memusat= hanya satu kemungkinan jawaban/alternatif).
  6. Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik, akurat, atau memadai).
      (b). Content (Isi yang Dipikirkan)
  1. Visual (bentuk konkret atau gambaran).
  2. Auditory.
  3. Word Meaning (semantic).
  4. Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dan notasi musik).
  5. Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).
                  (c) . Product (Hasil Berfikir)
  1. Unit (item tunggal informasi).
  2. Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama).
  3. Relasi (keterkaitan antar informasi).
  4. Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan).
  5. Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefinisi informasi).
  6. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain).
Belakangan ini banyak orang menggugat tentang kecerdasan intelektual (unidimensional), yang konon dianggap sebagai anugerah yang dapat mengantarkan kesuksesan hidup seseorang. Pertanyaan muncul, bagaimana dengan tokoh-tokoh dunia, seperti Mozart dan Bethoven dengan karya-karya musiknya yang mengagumkan, atau Maradona dan Pele sang legenda sepakbola dunia,. Apakah mereka termasuk juga orang-orang yang genius atau cerdas ? Dalam teori kecerdasan tunggal (uni-dimensional), kemampuan mereka yang demikian hebat ternyata tidak terakomodasikan. Maka muncullah, teori inteligensi yang berusaha mengakomodir kemampuan-kemampuan individu yang tidak hanya berkenaan dengan aspek intelektual saja. Dalam hal ini, Howard Gardner (1993), mengemukakan teori Multiple Inteligence, dengan aspek-aspeknya sebagai berikut :
  1. Logical – Mathematical; kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional.
  2. Linguistic; kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa.
  3. Musical; kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik.
  4. Spatial; Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan tranformasi persepsi tersebut.
  5. Bodily Kinesthetic; kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan mengenai objek-objek secara terampil.
  6. Interpersonal; kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain.
  7. Intrapersonal; kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta inteligensi sendiri.
Kecakapan potensial seseorang hanya dapat dideteksi dengan mengidentifikasi indikator-indikatornya. Jika kita perhatikan penjelasan tentang aspek-aspek inteligensi dari teori-teori inteligensi di atas, maka pada dasarnya indikator kecerdasan akan mengerucut ke dalam tiga ciri yaitu : kecepatan (waktu yang singkat), ketepatan (hasilnya sesuai dengan yang diharapkan) dan kemudahan (tanpa menghadapi hambatan dan kesulitan yang berarti) dalam bertindak. Dengan indikator-indikator perilaku inteligensi tersebut, para ahli mengembangkan instrumen-instrumen standar untuk mengukur perkiraan kecakapan umum (kecerdasan) dan kecakapan khusus (bakat) seseorang.
Alat ukur inteligensi yang paling dikenal dan banyak digunakan di Indonesia ialah:
(1). Tes Binet Simon – walaupun sebetulnya menurut hemat penulis alat ukur tersebut masih terbatas untuk mengukur inteligensi atau bakat persekolahan (scholastic aptitude), belum dapat mengukur aspek – aspek inteligensi secara keseluruhan (multiple inteligence).
(2) tes intelegensi yang bersifat lintas budaya yaitu Tes Progressive Metrices (PM) yang dikembangkan oleh Raven.
Dari hasil pengukuran inteligensi tersebut dapat diketahui seberapa besar tingkat integensi (biasa disebut IQ = Intelligent Quotient yaitu ukuran kecerdasan dikaitkan dengan usia seseorang.
Selain menggunakan instrumen standar, seorang guru pada dasarnya dapat pula mendeteksi dan memperkirakan inteligensi peserta didiknya, melalui pengamatan yang sistematis tentang indikator – indikator kecerdasan yang dimiliki para peserta didiknya, yaitu dengan cara memperhatikan kecenderungan kecepatan ketepatan, dan kemudahan peserta didik dalam dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan mengerjakan soal-soal pada saat ulangan atau ujian, sehingga pada akhirnya akan diketahui kelompok peserta didik yang tergolong cepat (upper group), rata-rata (midle group) dan lambat (lower group) dalam belajarnya.
b). Kecakapan dasar khusus (Bakat atau Aptitude)
Untuk mengukur bakat seseorang, dapat menggunakan beberapa instrumen standar, diantaranya :
1. DAT (Differential Aptitude Test),
2. SRA-PMA (Science Research Action – Primary Mental Ability),
3. FACT (Flanagan Aptitude Calassification Test).
Alat tes ini dapat mengungkap tentang :
(1) pemahaman kata;
(2) kefasihan mengungkapkan kata;
(3) pemahaman bilangan;
(4) tilikan ruangan;
(5) daya ingat;
(6) kecepatan pengamatan;
 (7) berfikir logis; dan
 (8) kecakapan gerak.
Perlu dicatat bahwa pengukuran tersebut, baik menggunakan instrumen standar atau hanya berdasarkan pengamatan sistematis guru bukanlah bersifat memastikan tingkat kecerdasan atau bakat seseorang namun hanya sekedar memperkirakan (prediksi) saja, untuk kepentingan pengembangan diri. Begitu juga kecerdasan atau bakat seseorang bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan tingkat keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang.

2. Non Kognitif
a. Tes Proyektif
Merupakan cara yang mengatur dan menilai kepribadian. Orang yang dinilai akan memrediksikan dirinya melalui gambar dan atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee untuk memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan, tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menuntut penggunaan imajinasi, kita dapat menganalisa hasil fantasinya untuk mengukur cara dia merasa dan berfikir. Jika me;lakukan kegiiatan yang bebas orang cenderung menunjujkkan dirinya, memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif, jenis tes uyang termasuk tes proyektif adalah:
1). Tes Rorschach,
Dikembangkan leh seorang dokter psikiatrik Swiss, Herman Rosschach pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-masing menampilkan bercak tinta yang agak kompleks. Sebagian bercak itu berwarna dan sebagiannya lagi berwarna hitam putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan kepada mereka yang mengalami percobaan dalam urutan yang sama. Mereka dirugaskan untuk menceritakan hal apa yang terlihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu. Meskipun noda-noda itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang mereka berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisis dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenai susunan kepribadiannya.
2). Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperseption Test/TAT),
Dikembangkan oleh di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah cerita mengenai tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari kejadian yang menghasilkan adegan pada  setiap gambar, mengenai pikiran dan perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar itu, dan bagaimana itu akan berakhir.Dalam menganalisis respon terhadap terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang yang bias mengungkapkan kebutuhan motif atau karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antar pribadinya.

b. Tes Inventory
Inventory kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporka reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, sering kali dengan bantuan computer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan inventory kepribadian mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Inventory kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah :
1). Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI).
 MMPI dikembangkan guna membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan ratusan pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui berbeda dari normalnya menurut criteria tertentu. Kelompok criteria terdiri atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok control terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah psikistrik, tetapi mirip dengan kelompok criteria adalah hal usia, juenis kelamin, status sosio ekonomi dan variable penting lainnya.
b). Rorced Choice Inventories (Inventory Pilihan Paksa).
 Termasuk klasifikasi tes yang Volunter. Suatu tes dikatakan volunteer jika subjek dapat memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar, tidak ada yang salah (Muhadjir, 1992). Subjek, dalam hal ini diminta mamilih pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya, sikapnya atau pandangan hidupnya. 
      c).  Human Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament  Scale),
Dikembangkan dari teori kepribadian Rusanoff (Muhadjir, 1992). Menurutnya kepribadian memiliki 6 komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnormal, yaitu:
1.      Schizouid Autistic, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih kearah khayalan.
2.      Schizoid paranoid, mempunyaio tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa dirinya penting.
3.      Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat yang berkobar.
4.      Cycloid Depress, emosinya tidak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
5.      Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi criminal.
6.      Epileptoid, antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.
H-W Temperament Scale tersusun dala sejumlah item yang berfungsi untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita histeroid, misalnya diasumsikan memiliki mental criminal.
c. Tekniknya
1.      Observasi Direch
Observasi Direch bnerbeda dengan observasi biasa. Observasi direc mempunyai sasaran khusus, sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek. Observasi direc memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya indicator dari cirri-ciri yang tidak diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidadak merencanakan untuk memilih waktu. Observasi Direc dilaksanakan dalan situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dubuat replikasinya. Misalnya pada saat berpidato, sibik bekerja, ada 3 tipe metode dalam observasi direc, yaitu:
a.       Time Sampling Method
b.      Incident Sampling Method
c.       Metode buku harian terkontrol

2.      Wawancara
Menilai kepribadian dengan wawancara berarti mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati kehati dengan orang yang dinilai. Dalam kepribadian orang mulai mengembangkan 2 jenis wawancara, yakni:

a.       Stres Interview, digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga  untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar.

b.      Exhaustive Interview, merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama, diselenggarakan nonstop. Cara ini bias digunakan untuk meneliti para tersangka dibidang criminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar